Senin, 16 Juli 2012

“MAPPANRETASI” Pesta Adat Pagatan Tanah Bumbu

Mappenretasi Tanah Bumbu, Jhonlin Baratama, Pagatan
Ajang Tahunan Yang Menjadi Pelabuhan Budaya Bagi Seluruh Suku Di Kabupaten Tanbu.
Sebuah acara tahunan di gelar warga yang bertempat tinggal di pesisir Pantai Pagatan. Acara ini biasa dikenal dengan istilah Mappanretasi (Pesta Laut). Mappanretasi merupakan sebuah upacara adat Suku Bugis di Pantai Pagatan Kabupaten Tanah Bumbu, Kalimantan Selatan. Mappanretasi berasal dari bahasa Bugis yang terdiri dari dua kata yaitu Ma’ppanre yang berarti memberi “makan” dan Tasi berarti “laut”. Jadi Mappanretasi, artinya memberi makanan di laut.

Upacara adat ini dilaksankan secara turun temurun oleh masyarakat setempat. Pesta laut ini dilaksanakan selama tiga minggu di bulan April. Dan puncaknya dilaksanakan pada minggu terakhir di Bulan April. Kegiatan ini dilaksanakan berkat kerjasama Pemerintah Daerah, Dinas Pariwisata, Lembaga Adat Ogie yang berada di sekitar wilayah Pagatan. Biasanya perayaan pesta laut ini dihadiri oleh Bupati, Kapolres beserta Unsur Muspida dan lainnya. Selain itu, selama hampir tiga minggu, pantai Pagatan setiap sore hingga malam hari sejak dibukanya acara pesta laut ini di padati oleh para pegunjung, hingga berakhirnya pesta adat nelayan Pagatan terdapat pasar malam yang menjadi primadona warga di pesisir pantai”, Kata Nirwana salah satu warga yang berkunjung ke pasar malam itu.
Mappenretasi, Jhonlin baratama
Mappenretasi, Jhonlin Baratama
“Agenda wisata tahunan ini tujuannya untuk memberi makan laut sebagai ucapan syukur kepada Tuhan Yang Maha Kuasa atas hasil laut yang melimpah”, kata Aryanto S.T selaku panitia pelaksana pesta laut. Para nelayan Suku Bugis yang tinggal di pesisir pantai Pagatan, Tanah Bumbu menggelar upacara Mappanretasi atau memberi makan laut dengan cara melarung sesajen sebagai wujud syukur atas hasil laut. Sesajen tersebut berupa sesisir pisang Barengseng, nasi ketan warna putih, hitam, kuning dan merah jambu yang melambangkan ke empat unsur yang ada di muka Bumi, juga dilengkapi dengan ayam jantan hitam si Kadi dengan betina si Manis dan pisang raja.

Sesajen tersebut mengiring ayam berwarna hitam yang di bawa naik kapal nelayan yang telah disiapkan. Pemimpin acara sakral selamatan laut atau biasa disebut Sandro. Sandro merupakan gelar yang diperoleh secara turun temurun yang diperoleh melalui titisan leluhurnya yang tidak dapat diambil alih oleh orang lain. Sandro mappanretasi didampingi 12 pengiring atau dayang yang terdiri dari 6 orang perempuan dan 6 orang laki-laki telah menunggu di atas kapal nelayan tersebut. Sandro yang mengenakan (songko Recca)  kopiah bugis Bone dan mengenakan pakaian adat Bugis yang serba kuning memberi aba-aba agar kapal bertolak dari pantai menuju ke titik di tengah laut yang telah ditentukan oleh sandro.

Malam sebelum prosesi selamatan laut dilaksanakan sandro turun ke laut, semacam survey untuk menentukan titik koordinat posisi yang tepat untuk selamatan laut tersebut. Menemukan titik sakral di tengah laut tidaklah mudah, ibarat mengirim surat, kalau alamatnya tidak jelas, maka surat tersebut tidak akan sampai menemukan titiknya pun harus dengan menggunakan kontak batin ke alam gaib yang hanya bisa dilakukan oleh sandro.

Setelah kapal sampai ke titik yang telah ditentukan, puluhan kapal nelayan terlihat mengerubungi kapal yang ditumpangi sandro untuk mengikuti pembacaan doa selamatan laut. Usai pembacaan doa oleh sandro, ayam hitam yang telah disiapkan langsung dipotong dan dilepas ke laut.

Begitu pula sesajen yang telah disiapkan juga lepas. Bupati Tanah Bumbu, Mardani H Maming dalam acara puncak perayaan pesta adat Mappanretasi di lokasi obyek wisata pantai Pagatan menyampaikan wisata budaya di Kalimantan Selatan  perlu terus dilestarikan guna mendukung berkembangnya program-program pariwisata yang ada di daerah sehingga dapat menjadi icon wisata yang bisa memberikan daya tarik serta menjadi jembatan pemersatu budaya melalui kontribusi tiap kesenian kesenian yang ada. Apalagi Tradisi ini tidak hanya memberikan hiburan saja tapi juga nilai positif”.

Hal yang sama dikatakan Ketua Lembaga Adat Ogie Burhansyah saat ditemui di rumah Sandro usai acara puncak, “meskipun acara ini budayanya orang Bugis, tidak menuntut kemungkinan budaya lainnya tidak bisa ikut andil, diharapkan nantinya semua seni budaya dari  semua etnis yang ada di Tanah Bumbu dapat berpartisipasi untuk memeriahkan pesta Laut ini. Dan yang paling penting ajang tahunan ini dapat menjadi pelabuhan budaya bagi seluruh suku yang ada di Kabupaten Tanah Bumbu”.

SANDRO
“Pantai Pagatan merupakan pantai yang sangat landai dengan panorama yang indah dan kehidupan tradisional nelayan”, ujarnya saat memulai interview. Di Pagatan ini ada acara ritual yang merupakan hiburan tersendiri untuk para warga Pagatan  khususnya penduduk di pesisir pantai. Budaya ini merupakan tradisi tahunan masyarakat yang dilaksanakan setiap April bertepatan dengan peringatan Hari Nelayan Nasional.
Sandro adalah sebutan seorang petua yang di percayakan memimpin pesta adat yang menjadi agenda warga masyarakat Pagatan tiap tahunnya. Japri pria kelahiran 28 Mei 1954 yang berprofesi sebagai nelayan sekaligus Sandro penentu lokasi “Malarung” (melarutkan sesajen) sebagai bentuk rasa syukur mendalam khusunya bagi masyarakat nelayan terhadap hasil laut yang diberikan oleh Tuhan. Laki laki berusia 58 tahun ini memiliki hobi memancing sangat sayang dengan keluarganya. “Saya mencoba mengajarkan budaya ini ke pada keluarga saya agar kelak dapat menggantikan saya menjadi pemimpin pesta adat pantai Pagatan”. Kata Sandro saat ditemui di rumahnya usai melaksanakan ritual Malarung.

Tahun ini perayaan pesta pantai membuatnya lebih semangat karena masyarakat tampak antusias dan berdatangan dari berbagai daerah serta partisipasi aktif pemerintah dan yang paling penting budaya yang semestinya ada perlahan-lahan diangkat kembali guna untuk meningkatkan nilai spiritual dari perayaan ini. “Walaupun pesta adat ini budayanya orang bugis, tetapi isinya penuh dengan nuansa persaudaraan dengan mengundang dan melibatkan semua etnis yang ada di Tanbu. Suatu kebanggaan yang saya rasakan dapat berdiri dan menjadi pemimpin pesta adat ini”. Kata Japri, “mudah mudahan tahun depan kita bisa merayakan lebih meriah lagi dan untuk para nelayan mereka  dapat memperoleh berkah dari perayaan pesta ini entah itu kesehatan, keselamatan dan rezeki.

Sebuah petuah yang dikatakan Sandro, “Beliau selalu membiasakan anak maupun keluarganya untuk berdoa sebelum dan sesudah melaksanakan sesuatu”. Beliau selalu mengatakan untuk tidak berdoa supaya tidak ada masalah, karena kalau tidak ada masalah maka kami tidak akan berpikir. Kalau tidak ada masalah, artinya kami tidak akan bekerja. Berdoalah supaya masalah selalu ada namun masalah tersebut dapat di atasi. Berdoalah supaya selalu bisa mengatasi permasalahan itu lebih baik daripada berdoa supaya tidak ada masalah. Beliau juga selalu mengatakan bahwa kita tidak boleh mengatakan bahwa kita tidak punya waktu, kita terlalu sibuk. Tidak baik mengeluhkan sesuatu yang sebenarnya bisa kita atur.

1 komentar:

  1. kita pengen banget hadir dan menyaksikan langsung upacara adat ini, sebelumnya saya sudah banyak mendengar cerita dan kemeriahannya dari yang lain. kalo tahun depan diadakan lagi tolong informasikan juga ke saya yah, bisa lewat email saya herykita63@yahoo.com ato BB di 270CD2C3 ato hp di 08179379048 . sbelumnya saya ucapkan trimakasih.. salam kenal dari saya, Hery

    BalasHapus